DEFINISI
Angin adalah
udara yang bergerak karena bagian-bagian udara didorong dari daerah bertekanan
tinggi (suhu dingin) ke daerah yang bertekanan rendah (suhu panas).
Perbedaan
tekanan dapat dicapai oleh :
- Perbedaan
suhu yang horisontal akan menimbulkan tekanan.
- Perbedaan
suhu yang vertikal akan menimbulkan perbedaan berat jenis.
Disebabkan oleh
arus angin yang datang horisontal dari sumber angin. Perbedaan tekanan yang
timbul dalam menyusun letak gedung bisa dimanfaatkan, yaitu :
- Menciptakan
perbedaan suhu udara pada sisi gedung.
Satu sisi di buat sejuk, sisi lain dibuat panas sehingga terjadi aliran
udara.
Misal:
-
Dibuat kolam yang dapat membantu udara tetap lembab
-
Penanaman pohon rindang
Gambar 1.
Pohon-pohon cemara yang tinggi dan yang ditanam rapat sungguh baik dijadikan
dinding penanggulangan angin. Akar-akarnya kuat bertahan dan hampir tidak
bisa tumbang. Juga praktis dapat berfungsi sebagai penyalur/penahan bahaya
petir.
- Membuat
lubang-lubang ventilasi dalam ruangan pada dinding-dinding yang saling
berhadapan (ventilasi silang).
- Atap
dibuat sedemikian rupa, sehingga udara panas yang terkumpul dapat
digantikan dengan udara segar.
Misal:
-
Atap dari genteng memiliki banyak rongga, dapat
membantu mengalirkan udara yang terkumpul pada atap.
-
Atap diberi lapisan aluminium foil dibawah genteng
untuk merefleksikan panas.
-
Permainan tinggi rendah plafond dapat membantu
terjadinya proses ventilasi silang.
PRINSIP
VENTILASI VERTIKAL
Aliran udara
terjadi karena perbedaan berat jenis udara luar dan dalam bangunan. Berat jenis
kecil udara mengalir ke atas, berat jenis besar udara mengalir ke bawah (efek
cerobong).
GERAKAN ANGIN
Gerakan angin
dibedakan menjadi:
- Kawasan
mikro : angin setempat
(cepat berubah, waktu singkat).
- Kawasan
makro : angin antar benua dan
samudra (penyebab adanya siklus musim kemarau dan hujan).
SKALA
BEAUFORT UNTUK KECEPATAN ANGIN
Alat untuk
mengukur kecepatan angin : anemometer (km/jam, mil/jam, m/s).
Sir Francis
Beaufort (1808), ahli ilmu bumi Inggris, melakukan
pengamatan gerak asap yang mengepul ke atas sehingga membagi angin menjadi 12
bagian, yaitu:
Nomor
Beaufort
|
Gejala
|
Kecepatan
(mph)
|
kmph
|
0
|
Asap
mengepul vertikal
|
<
1
|
4,6
|
1
|
Arah
angin tampak dari serabut-serabut lepas dari asap.
|
1
– 3
|
1,6
– 4,8
|
2
|
Angin
terasa di wajah. Daun berisik. Kepulan asap condong menunjukkan arah angin
|
4
– 7
|
6,4
– 11,2
|
3
|
Daun
dan ranting kecil bergerak terus dan dapat mengibarkan bendera ringan.
|
8
– 12
|
12,8
– 19,2
|
4
|
Menghambur
debu dan menerbangkan kertas.
|
13
– 18
|
20,8
– 29,6
|
5
|
Pohon-pohon
kecil bergoyang
|
19
– 24
|
31,2
– 39,2
|
6
|
Cabang-cabang
besar pohon bergerak. Payung sulit dikuasai
|
25
– 31
|
40,8 – 50,4
|
7
|
Pohon-pohon
bergoyang. Berjalan melawan angin harus cukup bertenaga.
|
32
– 38
|
52
– 61,6
|
8
|
Dahan-dahan
kecil putus. Berjalan melawan angin sulit.
|
39
– 46
|
63,2
– 74,4
|
9
|
Timbul
kerusakan-kerusakan kecil pada bangunan. Genting-genting mulai berterbangan.
|
47
– 54
|
76
– 87,2
|
10
|
Pohon-pohon
ambruk. Kerusakan bangunan lebih parah.
|
55
– 63
|
88,8
– 103,6
|
11
|
Malapetaka
kerusakan meluas
|
64
– 75
|
105,2
– 120
|
12
|
Angin
taufan (hurricane)
|
>
75
|
120
|
Gambar 2.
Kompleks Bakti Praja Pangkalan Kerinci patah diterpa angin kencang. (Metro Riau,
Senin, 27 April 2009)
BEBAN ANGIN
Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari
kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian
bangunan, serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin,
akan menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi
kinetik dari angin akan berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan
atau hisapan pada bangunan.
Gambar 3.
Pengaruh angin pada bangunan
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya tekanan dan hisapan
pada bangunan pada saat angin bergerak adalah kecepatan angin. Besarnya
kecepatan angin berbeda-beda untuk setiap lokasi geografi. Kecepatan angin
rencana biasanya didasarkan untuk periode ulang 50 tahun. Karena kecepatan
angin akan semakin tinggi dengan ketinggian di atas tanah, maka tinggi
kecepatan rencana juga demikian. Selain itu perlu juga diperhatikan apakah
bangunan itu terle tak di perkotaan atau di pedesaan. Seandainya kecepatan
angin telah diketahui, tekanan angin yang bekerja pada bagunan dapat ditentukan
dan dinyatakan dalam gaya statis ekuivalen.
Pola pergerakan angin yang sebenarnya di sekitar bangunan sangat rumit,
tetapi konfigurasinya telah banyak dipelajari serta ditabelkan. Karena untuk
suatu bangunan, angin menyebabkan tekanan maupun hisapan, maka ada koefisien
khusus untuk tekanan dan hisapan angin yang ditabelkan untuk berbagai lokasi
pada bangunan.
Untuk
memperhitungkan pengaruh dari angin pada struktur bangunan, pedoman yang
berlaku di Indonesia mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut:
-
Tekanan tiup angin harus diambil minimum 25 kg/m².
-
Tekanan tiup angin di laut dan di tepi laut sampai
sejauh 5 km dari pantai, harus diambil minimum 40 kg/m².
Untuk
tempat-tempat dimana terdapat kecepatan angin yang mungkin mengakibatkan
tekanan tiup yang lebih besar. Tekanan tiup angin (p) dapat ditentukan
berdasarkan rumus empris:
p
= V²/16 (kg/m²)
dimana V adalah
kecepatan angin dalam satuan m/detik.
Berhubung beban angin akan menimbulkan tekanan dan hisapan, maka
berdasarkan percobaan-percobaan, telah ditentukan koefisien-koefisien bentuk
tekanan dan hisapan untuk berbagai tipe bangunan dan atap. Tujuan dari
penggunaan koefisien-koefisien ini adalah untuk menyederhanakan analisis.
Sebagai contoh, pada bangunan gedung tertutup, selain dinding bangunan,
struktur atap bangunan juga akan mengalami tekanan dan hisapan angin, dimana
besarnya tergantung dari bentuk dan kemiringan atap (Gambar 4). Pada bangunan
gedung yang tertutup dan rumah tinggal dengan tinggi tidak lebih dari 16 m,
dengan lantai-lantai dan dinding-dinding yang memberikan kekakuan yang cukup,
struktur utamanya (portal) tidak perlu diperhitungkan terhadap angin.
Gambar 4.
Koefisien angin untuk tekanan dan hisapan pada bangunan
Pada pembahasan di atas, penga ruh angin pada bangunan dianggap sebagai
beban-beban statis. Namun perilaku dinamis sebenarnya dari angin, merupakan hal
yang sangat penting. Efek dinamis dari angin dapat muncul dengan berbagai cara.
Salah satunya adalah bahwa angin sangat jarang dijumpai dalam keadaan tetap
(steadystate). Dengan demikian, bangunan gedung dapat mengalami beban yang
berbalik arah. Hal ini khususnya terjadi jika gedung berada di daerah
perkotaan. Seperti diperlihatkan pada Gambar 3, pola aliran udara di sekitar
gedung tidak teratur. Jika gedung-gedung terletak pada lokasi yang berdekatan,
pola angin menjadi semakin kompleks karena dapat terjadi suatu aliran yang
turbulen di antara gedung-gedung tersebut. Aksi angin tersebut dapat
menyebabkan terjadinya goyangan pada gedung ke berbagai arah.
Angin dapat menyebabkan respons dinamis pada bangunan sekalipun angin
dalam keadaan mempunyai kecepatan yang konstan. Hal ini dapat terjadi khususnya
pada struktur-struktur yang actore fleksibel, seperti struktur atap yang
menggunakan kabel. Angin dapat menyebabkan berbagai distribusi gaya pada
permukaan atap, yang pada gulirannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan
bentuk, baik perubahan kecil maupun perubahan yang besar. Bentuk baru tersebut
dapat menyebabkan distribusi tekanan maupun tarikan yang berbeda, yang juga
dapat menyebabkan perubahan bentuk. Sebagai akibatnya, terjadi gerakan konstan
atau flutter (getaran) pada atap. Masalah flutter pada atap merupakan hal
penting dalam mendesain struktur fleksibel tersebut. Teknik mengontrol fenomena
flutter pada atap mempunyai implikasi yang cukup besar dalam desain. Dengan
Efek dinamis angin juga merupakan masalah pada struktur bangunan gedung
bertingkat banyak, karena adanya fenomena resonansi yang dapat terjadi.
KECEPATAN
ANGIN
Secara umum, kecepatan angin terus bertambah seiring dengan pertambahan
ketinggiannya, seperti yang ditunjukkan pada gambar. Tingkat pertambahan
kecepatan angin ini merupakan faktor dari kekasaran tanah, yang awalnya
diperlambat dari tanah hingga makin cepat sesuai pertambahan ketinggian.
Semakin banyak halangan pada keadaan sekeliling (pohon, gedung, rumah, dsb),
ketinggian yang diperlukan angin untuk mencapai kecepatan maksimum (Vmax) juga
semakin besar.
Gambar 5.
Kecepatan maksimum angin
PENYEBAB,
AKIBAT DAN UPAYA PENCEGAHAN
Penyebab yang
sering mengakibatkan kerusakan bangunan akibat angin:
- Dimensi
kekecilan
- Akibat
Puntir
- Mutu
beton tidak memenuhi syarat
- Pembesian
tidak benar
- Metode
pelaksanaan tidak benar
- Kesalahan
pelaksanaan
Akibat yang
timbul pada bangunan:
1.
Bangunan terangkat
2.
Bangunan bergeser dari pondasinya
3.
Robohnya bangunan
4.
Atap terangkat
5.
Bangunan rusak
Upaya preventif
tekanan dan hisapan adalah dengan cara:
- Penerapan
prinsip tanggul atau perisai, misalnya dengan pohon tinggi berdaun rapat,atau
dengan pagar tembok dengan memberi perkuatan berupa kolom praktis pada
jarak 3 – 4 meter dan kolom perkuatan yang miring posisinya pada jarak 6 –
8 meter, serta menggunakan slop dan balok atas dinding.
- Lokasi
terlindungi. Bangunan berada pada permukaan tanah yang lebih rendah,
sehingga angin yang bergerak tertahan oleh permukaan tanah yang tinggi.
- Menanam
pohon pada jarak yang cukup (minimal 6 meter) dari bangunan.
- Ketinggian
bangunan dan penggunaan atap yang tidak curam.
- Membangun
bangunan baru atau rumah atau lainnya, memerhatikan persyaratan penting,
yaitu:
-
Lebar atau bentang bangunan idealnya
-
Bahan kerangka bangunan
-
Hubungan antar unsur (slop, kolom, balok ring, dll)
-
Hubungan kuda-kuda dengan ring balok
-
Bahan kuda-kuda dengan menggunakan baja atau kayu
-
Terjadi momen pada hubungan kuda-kuda dan ring balok.
0 komentar:
Posting Komentar